Sign In dan Sign Out
Biru
muda terlukis indah di langit, yang serasi berdampingan dengan lembutnya awan
putih. Udara segar menghampiri pagi hari ini, ku mulai menata ulang hidup.
Merapihkan buku yang sudah takan ku pakai lagi, karena besok adalah tahun
ajaran baru. Kutinggalkan beberapa kenangan pada tingkat sebelumnya, dan
beranjak ketingkat berikutnya dengan membawa sedikit pelajaran hidup untuk ku
jadikan referensi kelak. Ada hitam ada juga putih, hal buruk selalu menghantui tapi tak
jarang momen bahagia hadir menyelimuti. Layaknya ember kosong, perlahan lahan
terisi dengan warna. Tak lagi hitam atau putih yang tertuang kedalamnya, terlukislah
pelangi mewarnai hari-hari.
Buku pelajaran tahun lalu yang berbaris di atas meja, sedikit demi sedikit ku benahi. Buku tulis yang sudah tak lagi kosong pun ku pindahkan kedalam box kardus. Untuk membuat ruang terhadap buku pelajaran baru yang akan ku terima besok. Iyah, buku pelajaran baru dan buku tulis kosong. Terkadang kita tak harus selamanya menulis dihalaman yang sama, dengan kata-kata itu saja. Tak selalu harus membaca buku pelajaran yang sama. Setiap peristiwa yang kita lewati pasti ada arti. Jangan stuck lalu hanya berjalan di tempat. Selalu ada halaman kosong di dalam buku barumu. Selalu ada hal baru yang menunggu didepan mata. Begitulah aktifitas minggu pagiku, sedikit merapihkan meja belajar dan ruang kamarku. Walau tak mudah dilakukan, ku perlahan mulai melupakan harapan terhadap Larissa. Hanya bisa menyelipkannya sebagai cerita manis diantara buku kenangan diriku. Mengubah aktifitas yang biasa kulakukan, hanya ada tambahan status hubungan Larissa dengan Andrian pada tampilan profilnya. Seminggu setelah ujian akhir sekolah mereka meresmikan hubungannya. Begitulah info singkat yang kudapat dari seorang teman. Cukup bodoh diri ini karena dengan mudah bisa terbuai oleh cinta. Mungkin anggapku adalah kurangnya pengalaman yang menjadi alasan. Dengan tekad yang bulat, ku berharap di tahun terakhirku di sekolah menengah pertama adalah awal dari perubahan.
Hari
ini adalah hari pertama di tahun terakhir ku mengenyam sekolah menengah. Tak
banyak perbedaan hanya kelas baru dan hari baru. Yap, setiap kenaikan kelas
berganti pula murid kelas yang ada. Semacam rotasi murid-murid agar saling
mengenal satu sama lain. Sama sekali tak ada masalah bagiku, teman kelas lama
masih dapat ku jumpai disekolah. Sedikit perubahan pada aktifikas pagiku,
sesaat tiba disekolah ku selalu mampir ke kantin sekolah untuk membeli kudapan
untuk sarapan. Masih sangat sepi memang suasana sekolah pagi hari, hanya ada
beberapa penjual makanan dan petugas kebersihan. Ditemani beberapa cemilan dan
kopi kududuk di meja kantin. Sambil membuka handphone untuk sekedar berselancar
didunia maya.
Tak lama datang teman wanita ku bernama Naya, ia adalah teman sekelasku saat di
bangku kelas dua. Naya datang tak sendiri melainkan bersama dengan seorang
teman wanitanya. Hanya mengucap sapaan pertemuan dan sedikit pertanyaan tentang
kelas mana yang sekarang kami tempati, dan kami ditempatkan pada kelas yang berbeda kali
ini. Kusadari fokusku kala itu tidak 100% diarahkan terhadap Naya, melainkan kepada teman
yang bersamanya. Tidak butuh waktu lama ku langsung berkenalan denganya, Nina namanya. Parasnya
manis berambut pendek yang sejajar dengan bahu, dengan lesung pipit di kedua
pipinya. Senyumnya cukup membuatku penasaran untuk bisa mengetahuinya lebih
dalam. Percakapan singkat yang
cukup menghangatkan udara pagi harus berakhir karena mereka harus beranjak
pergi.
Kelas ku berada di sudut pojok sekolah yang berseberangan dengan taman, dan agak berjauhan dengan kelas lainya. Kurasa akan cocok dengan kondisi ribut yang nanti pasti akan ku buat didalam kelas. Teman sebangku ku kali ini adalah seseorang yang baru kutemui didalam kelas. Berkenalan disana, dan memutuskan untuk berbagi meja. Pada awal berkenalan banyak hal yang sama antara ku dan Ferdy. Yap, Ferdy adalah nama teman sebangku pada kelas ku itu. Mulai dari genre musik hingga seri anime adalah sedikit hal yang sama-sama kami sukai. Tak butuh waktu lama bagi kami untuk saling mengenal satu sama lain. Terlebih ku adalah individu yang dirasa cukup supel untuk bergaul dengan siapapun. Begitu pula dengan teman sekelasku yang lain, beriringan dengan keseharian belajar ditempat yang sama kami saling mengenal satu sama lain. Bercanda dan mengoloki satu sama lain, melakukan tindakan absurd dikelas, hingga bermain lempar bola adalah sebagian dari kegiatan konyol yang biasa kami lakukan dikelas.
Bel
berbunyi tanda jam istirahat dimulai, kala itu ku tak berangkat ke kantin
karena perutku dirasa masih penuh. Ku putuskan untuk duduk dikursi yang
berhadapan langsung pada taman. “Fer ga ke kantin?“ ucapku terhadap ferdy. “Engga
ah nanti aja belom laper” balasnya sambil mengambil posisi duduk disebelahku. Percakapan
kami mulai, dari
bahasan tentang pelajaran sekolah hingga hal-hal tak penting lainnya. Sampai
disuatu saat ku tanyakan tentang Nina pada Ferdy. “Fer tau si Nina ga yang anak
kelas A?” tanyaku pada Ferdy. “Engga euy, kenapa?” tanyanya kembali. “Oh teu
nanaon nanya wungkul” jawabku dengan suara pelan. Itu
adalah bahasa daerah yang sehari-hari ku ucapkan, kami terbiasa akan itu dan
tidak malu melakukanya. Menepis pernyataan mengenai penggunaan bahasa daerah
yang dianggap tidak kekinian pada waktu itu. Setidaknya ku
ceritakan beberapa hal tentang Nina padanya dengan menunjukan beberapa foto yang kudapat hasil
stalking dari halaman profil facebooknya. “Cantik cuy, sikatlah jangan banyak
ini itu!” ucap Ferdy dengan nada yang sedikit mengolok. “Yahaha yakali segampang itu Fer”
jawabku. Bagiku ini bukan perkara mudah, memulai cerita baru dengan referensi
cerita lama. Kumulai membuka skenario
baru, dalam kisah hidup yang akan kuputuskan jalan ceritanya kelak. Tapi apa
salahnya mencoba, hasil akhirnya takan selalu sama. Selama masih ada kesempatan
tak ada salahnya ku gunakan hingga yang tersisa adalah penyesalan.
Comments
Post a Comment