AMARAH, Senyum, dan Air Mata (2)


Skateboarding is life (Source : Pinterest)

Amarah adalah salah satu sifat alamiah manusia, berbentuk luapan emosi yang kadang di konotasikan negatif. Amarah diluapkan terhadap objek tertentu, bisa berbentuk benda bernyawa bahkan benda mati. Namun amarah bisa menjadi suatu bentuk luapan emosi dikala realita yang ada tak sejalan dengan apa yang kita harapkan. Yah begitulah cara kerja amarah yang dimiliki setiap manusia. Tak terkecuali diri ini, amarah kerap datang padaku dikala ada hal yang mengganggu kehidupan pribadi hingga hubungan ku dengan Nina.

Selagi membisikan diri untuk tetap teguh pada pendirian hati, setidaknya ku coba memperbaiki hubungan antara ku dengan Nina. Hingga tak ada hal yang mengusik semua berjalan kembali seperti biasa. Kala itu ku tengah menghadapi ujian tengah semester dimana diri ini sedang berusaha mempertahankan akademisku. Ditambah semakin hari, ku semakin sadar bahwa FISIKA adalah mata pelajaran yang sangat sulit ku mengerti. Setiap materi yang ku pelajari entah kebagian mana dalam otakku singgah, ku tak pernah bisa memahami. Pikirku ku harus meminta bantuan Nina untuk proses pembelajaran ku. Entah bakat alami yang dimiliki Nina, tiap kali ia mendiktekan materi pelajaran yang ku tak mengerti selalu saja diri ini dibuat heran. Kok bisa yah dia paham berbagai macam materi pelajaran, apa iya didalam sarapan paginya selalu disajikan dengan kumpulan rumus.

Shadow in the hallway (Source : Pinterest)

Usai ujian tengah semester hari pertama ku jalani dengan mulus, karena mata pelajaran B.indonesia dan Kimia setidaknya mudah untuk dipahami. Ku coba mengirim pesan singkat pada Nina, sekedar menanyakan kabarnya hari ini. Bergegas merapihkan alat tulisku, ku bergegas keluar dari kelas. Karena kondisi sedang ujian, selepas pulang sekolah Nina hendak bergegas pergi menuju tempat bimbingan belajarnya. Tak banyak waktu yang dihabiskan untuk kami bertemu kala itu. Ku pahami karena memang prioritas pendidikan lebih diutamakan. Sesekali di tengah malam ku sempatkan untuk berbincang lewat panggilan suara. Yap, ku sudah memeganggi handphone baru yang masih sama keluaran sony ericsson. Tak jarang dalam telpon Nina sering memarahi ku karena melakukan bolos, yang akibatnya pemahaman materi pelajaran ku cukup bodoh. Lalu kuputuskan untuk bertemu dengan Nina dikala ujian Fisika tiba, tanpa basa basi ia meng iya kan ajakan ku itu.

Hari kedua pun tiba, kali ini mata pelajaran cukup mudah yaitu Ilmu komputer dan matematika. Yap, ku lebih bisa memahami matematika ketimbang fisika. Entahlah apa yang membuatnya berbeda, mungkin konsep dan penerapannya. Lalu ku pastikan kembali lewat pesan singkat tentang pertemuan yang sudah kami atur pada hari ini. Namun entah mengapa, Nina mengubah keputusan mengenai pertemuan ini. Pikirku mungkin ia tak punya banyak waktu untuk bertemu dan akan fokus pada ujian. Mungkin lewat telepon nanti malam bisa, ucapku dalam hati. Sadar akan kekurangan ku dalam mata pelajaran ini, kuputuskan untuk belajar bersama teman kelasku. Selagi Nina tidak bisa, masih ku bisa mencari cara untuk mengejar pemahaman pelajaran. Salah seorang teman kelasku yang menjadi pengajar, Gita namanya. Ia memang selalu menempati peringkat 1 di kelas, tak kami ragukan lagi kemampuan belajarnya. Tak sedikit kala itu yang mengikuti belajar bersama, setidaknya ada 10 orang didalam kelas. Termasuk kawanan 4 serangkai yang terisi oleh ku, Ferdy, Nandi, dan I Gede.

One handed (Source : Pinterest)

Selesai sudah tambahan belajar bersama ku, setidaknya terisi 30% tambahan pemahaman materiku. Mungkin akan bertambah menjadi 70% setelah nanti ku berkonsultasi dengan Nina. Beranjak ku dari kelas menuju jalan pulang, karena kala itu panas cukup membuat gerah. Kuputuskan untuk membeli minuman, untuk menghilangkan panas dalam tubuh. Sesampainya ku di kantin sekolah, terlihat disalah satu sudut meja kantin ada Nina bersama 2 orang teman wanita dan 4 orang teman lelakinya. Entah mengapa pandanganku menghitam, seakan setan dalam diri mulai menguasai. Ku coba mengucap namun amarah mulai menguasai, ku sadari Nina menyadari kehadiranku. Berjalan lurus membeli minuman, tanpa sepatah kata ku lurus beranjak pergi meninggalkannya disana.

Seperti hukum ke 3 dari Newton dimana ada sebuah aksi disitu pula ada sebuah reaksi. Amarah ku muncul bukan tanpa sebab, mungkin terlalu bodoh diri ini terlalu berharap kepada seseorang. Berharap membuat perubahan dalam hidup ku ini, hingga yang tersisa hanya amarah. Memang manusia tak kala diselimuti dengan rasa amarah, hingga menutupi semua hal baik yang pernah terjadi. Namun tanpa amarah, hanya kehampaan yang melanda karena tak bisa meluapkan emosi yang dirasa.                                              

Comments

Popular posts from this blog

Amarah, Senyum, dan AIR MATA (4)

Last Tears From 2019.

Self Cure (2)