AMARAH, Senyum, dan Air Mata (2)
Amarah adalah
salah satu sifat alamiah manusia, berbentuk luapan emosi yang kadang di
konotasikan negatif. Amarah diluapkan terhadap objek tertentu, bisa berbentuk
benda bernyawa bahkan benda mati. Namun amarah bisa menjadi suatu bentuk luapan
emosi dikala realita yang ada tak sejalan dengan apa yang kita harapkan. Yah
begitulah cara kerja amarah yang dimiliki setiap manusia. Tak terkecuali diri
ini, amarah kerap datang padaku dikala ada hal yang mengganggu kehidupan
pribadi hingga hubungan ku dengan Nina.
Selagi membisikan
diri untuk tetap teguh pada pendirian hati, setidaknya ku coba memperbaiki
hubungan antara ku dengan Nina. Hingga tak ada hal yang mengusik semua berjalan
kembali seperti biasa. Kala itu ku tengah menghadapi ujian tengah semester dimana
diri ini sedang berusaha mempertahankan akademisku. Ditambah semakin hari, ku
semakin sadar bahwa FISIKA adalah mata pelajaran yang sangat sulit ku mengerti.
Setiap materi yang ku pelajari entah kebagian mana dalam otakku singgah, ku tak
pernah bisa memahami. Pikirku ku harus meminta bantuan Nina untuk proses
pembelajaran ku. Entah bakat alami yang dimiliki Nina, tiap kali ia mendiktekan
materi pelajaran yang ku tak mengerti selalu saja diri ini dibuat heran. Kok
bisa yah dia paham berbagai macam materi pelajaran, apa iya didalam sarapan
paginya selalu disajikan dengan kumpulan rumus.
Usai ujian tengah
semester hari pertama ku jalani dengan mulus, karena mata pelajaran B.indonesia
dan Kimia setidaknya mudah untuk dipahami. Ku coba mengirim pesan singkat pada
Nina, sekedar menanyakan kabarnya hari ini. Bergegas merapihkan alat tulisku,
ku bergegas keluar dari kelas. Karena kondisi sedang ujian, selepas pulang
sekolah Nina hendak bergegas pergi menuju tempat bimbingan belajarnya. Tak
banyak waktu yang dihabiskan untuk kami bertemu kala itu. Ku pahami karena
memang prioritas pendidikan lebih diutamakan. Sesekali di tengah malam ku
sempatkan untuk berbincang lewat panggilan suara. Yap, ku sudah memeganggi
handphone baru yang masih sama keluaran sony ericsson. Tak jarang dalam telpon
Nina sering memarahi ku karena melakukan bolos, yang akibatnya pemahaman materi
pelajaran ku cukup bodoh. Lalu kuputuskan untuk bertemu dengan Nina dikala ujian
Fisika tiba, tanpa basa basi ia meng iya kan ajakan ku itu.
Hari kedua pun
tiba, kali ini mata pelajaran cukup mudah yaitu Ilmu komputer dan matematika.
Yap, ku lebih bisa memahami matematika ketimbang fisika. Entahlah apa yang
membuatnya berbeda, mungkin konsep dan penerapannya. Lalu ku pastikan kembali
lewat pesan singkat tentang pertemuan yang sudah kami atur pada hari ini. Namun
entah mengapa, Nina mengubah keputusan mengenai pertemuan ini. Pikirku mungkin
ia tak punya banyak waktu untuk bertemu dan akan fokus pada ujian. Mungkin
lewat telepon nanti malam bisa, ucapku dalam hati. Sadar akan kekurangan ku
dalam mata pelajaran ini, kuputuskan untuk belajar bersama teman kelasku.
Selagi Nina tidak bisa, masih ku bisa mencari cara untuk mengejar pemahaman
pelajaran. Salah seorang teman kelasku yang menjadi pengajar, Gita namanya. Ia
memang selalu menempati peringkat 1 di kelas, tak kami ragukan lagi kemampuan
belajarnya. Tak sedikit kala itu yang mengikuti belajar bersama, setidaknya ada
10 orang didalam kelas. Termasuk kawanan 4 serangkai yang terisi oleh ku,
Ferdy, Nandi, dan I Gede.
Selesai sudah
tambahan belajar bersama ku, setidaknya terisi 30% tambahan pemahaman materiku.
Mungkin akan bertambah menjadi 70% setelah nanti ku berkonsultasi dengan Nina. Beranjak
ku dari kelas menuju jalan pulang, karena kala itu panas cukup membuat gerah. Kuputuskan
untuk membeli minuman, untuk menghilangkan panas dalam tubuh. Sesampainya ku di
kantin sekolah, terlihat disalah satu sudut meja kantin ada Nina bersama 2
orang teman wanita dan 4 orang teman lelakinya. Entah mengapa pandanganku
menghitam, seakan setan dalam diri mulai menguasai. Ku coba mengucap namun
amarah mulai menguasai, ku sadari Nina menyadari kehadiranku. Berjalan lurus
membeli minuman, tanpa sepatah kata ku lurus beranjak pergi meninggalkannya
disana.
Seperti hukum ke 3 dari Newton dimana ada sebuah aksi disitu pula ada sebuah reaksi. Amarah ku muncul bukan tanpa sebab, mungkin terlalu bodoh diri ini terlalu berharap kepada seseorang. Berharap membuat perubahan dalam hidup ku ini, hingga yang tersisa hanya amarah. Memang manusia tak kala diselimuti dengan rasa amarah, hingga menutupi semua hal baik yang pernah terjadi. Namun tanpa amarah, hanya kehampaan yang melanda karena tak bisa meluapkan emosi yang dirasa.
Seperti hukum ke 3 dari Newton dimana ada sebuah aksi disitu pula ada sebuah reaksi. Amarah ku muncul bukan tanpa sebab, mungkin terlalu bodoh diri ini terlalu berharap kepada seseorang. Berharap membuat perubahan dalam hidup ku ini, hingga yang tersisa hanya amarah. Memang manusia tak kala diselimuti dengan rasa amarah, hingga menutupi semua hal baik yang pernah terjadi. Namun tanpa amarah, hanya kehampaan yang melanda karena tak bisa meluapkan emosi yang dirasa.
Comments
Post a Comment