Pensil dan Kertas (2)


Coffee and Books (Source : Pinterest)

Secangkir kopi yang dipadukan dengan alunan lagu bernuansa punk tampak beriringan serasi. Tanpa ada dalih ketidak cocokan satu sama lain, hanya terasa sempurna. Begitulah sedikit cara yang kulakukan untuk menenangkan diri dari kesibukan dipagi hari. Lagu menjadi pelampiasan ketika suasana tidak ingin dicemburui oleh emosi. Maka dari itu sebuah ipod shuffle tak pernah luput dari genggaman tangan ku dikala berpergian. Setidaknya satu jam perjalanan menuju sekolah akan terasa lebih cepat disaat ku memasuki dunia playlist ku. Playlist lagu yang tersimpan pada ipodku memang kurang ramah di telinga beberapa orang. Karena entah mengapa genre yang merasuki  otakku adalah alunan musik punk, metal dan hip hop. Lagu berdistorsi keras dengan dentuman drum yang bergemuruh. Dibalik kerusuhan alunanya ku mendapatkan ketenangan disana.

SMPN 7 Bandung (Source : kursisjian7)

Bel berbunyi, jam pelajaranpun dimulai. Tak seperti siswa pada umumnya ku baru akan beranjak menuju kelas ketika memang guru yang akan mengajar sudah nampak. Kadang untuk membuat suana kelas lebih asik, sering kali ku membuat gaduh untuk bernyanyi sambil memukul-mukul meja. Bahkan ketika suara dikelas terlalu berisik, guru yang mengajar disebelah kelasku pun sering menegur. Canda, tawa dan berbagai macam bumbu selalu hadir disetiap harinya. Hingga terpaku diam ku melihat ke arah sudut jendela kelasku. Terlihat jelas matahari terlalu bersinar terang waktu itu. Ku melihat seorang wanita berambut panjang terurai berjalan melewati jendela. Tak mau kehilangan pandangan, sembari tangan menyenggol teman sebangku. Dengan wajah sedikit tersenyum ku bertanya, “siapakah dia”. “Larissa namanya”, jawab temanku dengan nada sedikit mengolok. Sejatinya bidadari adalah mahluk ciptaan tuhan yang kuyakini berada di kahyangan. Namun ku percaya bahwa bidadari bisa berwujud manusia juga. Indah, menenangkan. Sempat ku tak percaya dengan cara kerja mataku, namun keesokan harinya ku selalu melihatnya berjalan dilorong menuju kelasnya. Kelas larissa tepat berada di seberang kelasku. Hal itulah yang menjadikan sudut jendela di kelas adalah tempat favoritku.

Freeway (Source : Pinterest)


Bagai prajurit perang yang berjuang untuk satu tujuan, yaitu kemenangan. Ku mulai mengumpulkan amunisi untuk memulai perang. Yah, perang melawan hal baru yang ingin ku coba. Terdengar menggelitik memang, tapi kucoba perlahan. Kala itu, sekolahku mengadakan school trip lagi. Kali ini ku berangkat ke tempat wisata di sekitar bogor. Mengunjungi taman safari dan the jungle adalah lokasinya. Kunaiki bus yang akan mengantarkan rombonganku menuju tujuan. Masing-masing siswa sudah diatur untuk menaiki bus yang ditata sesuai kelasnya. Walau memang setidaknya ku berharap agar bisa satu bus dengannya. Duduk di samping jendela bus, sambil berharap mendapatkan pemandangan indah seperti biasanya. Sang bidadari nampak di sana, bus nomor 4. Tak lama ku duduk, rombonganpun mulai berangkat meninggalkan sekolah. Suasana semakin gaduh didalam bus, namun entah mengapa terasa sepi dalam hati ini.
   
Sejenak kulupakan masalah hati, dan mulai berinteraksi. Ipod ku simpan, karena kurasa belum saatnya ku masuki dunia playlistku. Sekitar 4 jam ku menempuh perjalanan, akhirnya sampai ke lokasi pertama yaitu taman safari. Yah hanya sekedar melihat ekosistem buatan untuk hewan yang ada disana. Sejenak kami beristirahat disana, karena sudah waktunya jam makan siang. Ku santap makanan yang ada, lalu sejenak terpaku kedalam satu arah. Tepat di depan meja makanku, larissa duduk disana. Dalam hati ingin ku menghampirinya untuk sekedar berjabat tangan. Namun seperti kaki ku tertancap oleh paku yang entah mengapa seakan sulit untuk beranjak. Hingga akhir jam istirahat tak sedikitpun kaki ini  melangkah dari meja makan. Ku lanjutkan perjalan menuju tempat terakhir dengan sedikit beban penyesalan. 
               
Senja (Source : Pinterest)

Tak ada hal spesial memang di waterpark ,hanya beberapa momen bersama kawan. Senja sudah mulai menampakan warnanya, aktifitas pada hari itu pun berakhir. Momen langka seakan terulang kembali. Larissa berdiri disampingku menunggu bus datang. Tak ingin tiba-tiba hilang ingatan ku memberanikan diri untuk sekedar mengucap. “Hai boleh kenalan ga?” nadaku minor diantara suara mayor yang ada. Melihatku sambil tersenyum dan terucap kata-kata sakti “Boleh kok, larissa” ucapnya. Entah lah apa yang kupikirkan seolah-olah ku menjadi seorang ilmuwan yang menciptakan mesin waktu, waktu ku buat berhenti sejenak. “hei, G kan yah?” ucapnya kembali. “iyah hehe kok tau” jawabku dengan sedikit malu. “Haha iyah kan diseragam sekolahmu ada nametagnya “. Bus pun datang seakan memaksaku untuk kembali pulang dan menyudahi semua momen indah yang terjadi. Ku ambil kembali ipod didalam tasku, saatnya ku memasuki dunia playlist. Apa iyah dia memperhatikanku juga? Apa hanya kebetulan saja?. Ku sudahi semua argumen itu, dan hanya mengingat bahwa hari ini adalah sejarah baru bagi seorang lelaki. Ku ambil pensil dan kertas lalu mulai menuliskan sedikit cerita dongeng yang menjadi nyata. Lelaki yang hanya bisa melihatnya dari sudut jauh ternyata bisa juga mendengar halus suaranya dari dekat. 

Comments

Popular posts from this blog

Amarah, Senyum, dan AIR MATA (4)

Last Tears From 2019.

Self Cure (2)