Amarah, Senyum, dan Air Mata
Pepohonan
berjajar rapi disisi jalan, menjulang tinggi ke menghadap langit. Seiring
dengan bergantinya musim, tema warna hijau kini berganti jingga. Menandakan
kondisi pohon tak lagi sama, tak lagi bertahan dengan kondisi ada. Hanya
mengikuti realita tanpa harus mengeluh kesahkan derita. Kadang ia merelakan
beberapa daunnya berjatuhan ke tanah, karena alasan untuk bertahan hidup. Entah
karena ia jenuh atas apa yang ia miliki sekarang. Atau mungkin karena alasan
kesetiaan? Entahlah.
Tiga bulan sudah
hubungan antara ku dengan Nina terjalin, banyak hal yang kami lalui. Canda dan
tawa selalu ku hadirkan, tak jarang pula ku melakukan kesalahan hingga
pertengkaran terjadi. Tapi ku maknai itu adalah sebuah proses pendewasaan diri
atas status baruku. Banyak hal dan masalah baru yang kuhadapi, yang kadang sama
sekali ku tak tahu cara mencari solusinya. Kerapku memilih berlari dari masalah
ketimbang menghadapinya. Entahlah rasa yang dulu ku pupuk agar tetap terlihat
segar, sekarang cukup terasa hambar. Apa yang salah dengan diri ini, bukan kah
ini yang ku inginkan?. Tak bisa ku berbohong pada diri ini, rasa bosan mulai
mengusik. Namun disisi lain ku hanya seorang lelaki yang baru beranjak dewasa,
yang awam soal percintaan. Tak sempurna ku hanya menghasilkan kesalahan demi
kesalahan dalam ceritanya.
Entah mengapa
pagi ini ku tak ada rasa semangat untuk berangkat menuju sekolah. Setelah
kurang lebih 3 bulan lamanya tak pernah bolos, mungkin ini kali pertama ku
melakukannya lagi. Disamping itu ku merasa bosan untuk bertemu Nina, entah apa
yang salah tapi ku merasa ingin menghilang sejenak dari peredarannya. Tak ku
hubungi ferdy seperti biasa dikala ku bolos, kali ini benar-benar ku tak
memberi kabar pada siapapun. Ku hanya ingin menghilang, dan muncul kembali nanti
ketika suasana diri membaik. Tak tanggung ku membeli 12 jam billing di warung
internet, dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam. Selama itu ku bermain memang tak
100% pikiran ku tertuju pada jajaran game yang kumainkan. Kadang ku menerawang
sedikit tentang hubunganku dengan Nina. Disambil membalas beberapa pesan
singkat darinya, hingga ku lupa bahwa kami sedang menjalin hubungan.
Sesampainya
dirumah ku sempatkan membuka sosial media untuk membalas pesan yang tertulis
pada halaman profile facebook ku. Yah dari mulai pesan seorang teman hingga
Nina pastinya. Kala itu ada Winny yang menyapaku, Winny adalah salah
seorang teman wanita dikelas ku sekarang.
Akhir-akhir ini ia kerap menjadikan ku tempat untuk meluapkan cerita dari
curahan hatinya. Memang kala itu Winny
baru saja putus dengan mantannya yang juga teman satu sekolah kami. Entah apa
yang salah dengan hubungan ku dengan Winny, kerap kali menjadi topik dari
pertengkaran antara ku dan Nina. Walau sudah sering ku jelaskan, bahwa hubungan
di antara kami hanya sebatas teman satu kelas. Namun tetap saja alasan itu tak
cukup menjadikan Nina mengerti. Ku tak pernah mengerti memang dengan itu,
apakah seseorang yang sedang menjalin hubungan tak boleh mempunyai teman.
Hingga disuatu
titik, ku semakin lelah dengan semua kegilaan ini. Keleluasaan ku seakan
terenggut atas hubungan yang ku jalani sekarang. Muak untuk memuja, iyah
mungkin lagu dari Alone at last tersebut adalah gambaran yang tepat pada kondisiku
sekarang. Entah mengapa dikala ingin ku meluapkan semua emosi yang kurasa,
dibuat lemah ku olehnya. Seperti dirasuki setan 180 derajat ku berubah
dibuatnya. “Maafkan semua sakit ku cukup menyiksa, ku muntahkan semua ku anggap
tak pernah ada” begitulah kurang lebih potongan lirik dari lagu tersebut. Entah
sadar atau tidak Nina mengubah pola hidupku, dari sisi baiknya yang membuat ku
jarang bolos sekolah hingga keleluasaan yang kini menghilang. Ku tak pernah
meminta ini akan terjadi, tapi kini terjadi dan hanya ku jalani.
Mencoba menelaah
dengan apa yang terjadi pada diri ini, hingga ku temukan sebuah jawaban akan
hidup ini. Ada 3 hal yang takan lepas dari hidup ini, antara amarah, senyum dan
air mata. Bercampur satu saling menempati perannya. Amarah selalu hadir ketika diri ini merasa ketidak adilan datang
menghampiri, tapi dibalik itu ada senyuman yang selalu mewarnai sisi gelap
hidup ini, hingga yang tak terasa air mata tiba melepaskan semua emosi yang
ada.
Comments
Post a Comment