Self Cure (2)
Hidup
kadang tak melulu tentang cinta, lebih luas lagi arti hidup sebenarnya banyak
presepsi. Dimana tak satu orang pun dapat menguasai pemahaman tersebut. Tak
sedikit pula yang menghabiskan waktu hanya untuk mencari arti hidup. Tak ada
yang salah memang, karena bagiku hidup adalah kesempatan. Selagi kita masih
menghembuskan nafas, itu berarti kesempatan masih akan terbuka lebar. Dimana
kesempatan itu harus kita cari, harus kita manfaatkan. Karena hidup tak
mempunyai satuan ukuran, kita takan pernah tau sejauh mana kita akan diberi
kesempatan. Hanya ada garis akhir yang berupa kematian. Ketika kita mati, hidup
kita berakhir bersama semua kesempatan yang pernah diberikan.
Sore
ini hujan deras mengguyur seisi kota, kadang tak terbendung hingga menyebabkan
banyak genangan di sudut jalanan. Entahlah 2 jam sudah ku lewati untuk menunggu
redanya hujan, kini ku hanya bisa berteduh dipayungi atap sebuah kiosk warung
yang berada di pinggir jalan. Playlist dalam ipod ku seperti menjadi soundtrack
suasana. Kala itu genre jazz hip hop sudah masuk kedalam telinga ku, terutama
berasal dari Dj Mitsu The Beat. Yang notabene lagunya berupa instrument, alunan
yang cuku menenangkan. Influence besarku berasal dari video dokumentasi para
graffiti writer yang ku tonton dari situs youtube. Beberapa graffiti memang
sering nampak dibeberapa tembok kota ku. Hingga ku ketahui crew yang cukup
populer di kota ku, FAB family sebutan mereka. Dari sekian banyak anggotanya,
ada seorang writer yang kurasa menjadi favorit pribadiku. Ber alias
ASTRONAUTBOYS ia adalah seorang street artist yang cukup nyentrik. Dengan
konsisten menetapkan konsep hitam putih kedalam sebuah gambar, ditambah detil
garis yang menjadi khas.
Kian
hari semakin sering ku berlatih kemampuan gambarku, yang kurasa sangat jauh
dari kata indah dan sempurna. Tapi ku pastikan bahwa setidaknya ku mencoba
segala kemampuan ku, dan terus menerus mencari ilmu dan perspektif lain dari
seni ini. Hingga tak terasa kehidupan ku disekolah sudah hampir di penghujung
semester ganjil. Ada sedikit pepatah yang mengatakan bahwa ketika kita merasa
bahagia akan hidup ini, waktu seakan terus berjalan tanpa kita sadari 24 jam
bukan waktu yang cukup untuk dinikmati dalam satu hari. Hari demi hari ku
lewati, moment demi moment terjadi. Seperti moment dimana salah seorang temanku
yang bernama Nandi bisa dirayakan setiap hari. Tak jarang setiap guru yang
mengajar dikelasku memberikan apresiasi ucapan selamat ulang tahun. Hingga
moment dimana salah seorang kepsek di sekolahku murka, dan menendang pintu
kelasku hingga bolong.
“Badut,
heh badut” ucapan yang sering ku lontarkan kepada Winny. Memang sebuah ejekan
padanya didasarkan karena warna pipinya yang selalu berwarna merah jambu
seperti badut. Entah mengapa ku menjadi sering berinteraksi dengannya, sejauh
ini yang kurasa Winny adalah teman wanita terdekatku setelah Naya. Dengan
kondisi yang telah terjadi membuatku sedikit canggung untuk berbicara dengan
Naya. Pikirku ku harus mencari seorang teman lagi yang dapat menggantikan
posisinya. Dengan segala kerumitan itu tinggalah Winny yang menemani. Dari
curahan hati hingga kehidupan pribadi tak jarang di ceritakan.
Self
cure adalah cara seseorang untuk menenenangkan dirinya dengan cara nya sendiri.
Selain menuangkan kedalam sebuah gambar, teman adalah salah satu self cure bagiku. Menuangkan kegelisahan kedalam sebuah
candaan, menyampingkan rasa ringkih dalam hati. Self cure sejatinya hanya dapat
diketahui oleh diri sendiri, tak butuh resep obat untuk mengetahui takarannya. Cukup
mengenal lebih diri sendiri, ketahui apa yang dirasakan. Maka hendak kita akan
tau penawar apa yang cocok untuk kita.
Comments
Post a Comment