Posts

Another Sidestory

Image
source : Pinterest Ku tak pernah mengerti dengan apa yang ada di dalam isi kepalaku, i’ve got a lot of friends who care about me but i don’t know ku tetap merasa sendiri. Duduk terdiam di kamar. Menatap layar komputer, memainkan lagu mac miller. I feel so lost right know. 2 tahun sudah ku lewati semua sendiri, tanpa bantuan siapa, tanpa ada yang temani. Ku rasa ku ingin mencari alasan kenapa ku masih bertahan. Mencoba bertaruh dengan takdir, mencoba berdialog dengan tuhan. Tuk dihadirkan seseorang yang dapat mendengarku siang dan malam.  Tak lama dihadirkannya sesosok wanita, yang entah datang dari mana. Entah takdir apa yang sedang ku hadapi. Tertarik ku dalam banyak aspek yang ada didalam dirinya. Rasa ingin tahu menghantui siang dan malam. “apa ia ga ganggu? Apa pantes sama dia? Dia orang baik, kayanya engga deh buat aing? Aing kan ga ada apa apanya cuy, gabisa ngapa ngapain” pertanyaan terus berulang didalam kepala.  Banyak hal yang ingin ku bagi, banyak cerita yang ingin ku beri.

Last Tears From 2019.

Image
“Berjuang walau progresku tak sehebat mereka Berjalan kaki tanpa kendaraan beroda Tak berbekal harta, hanya do’a dari keluarga” Waktu melaju tanpa henti, hingga tak terasa sudah berada di pengujung tahun 2019. Di tahun ini banyak ku ucap syukur atas semua kesempatan yang di berikan tuhan. Banyak hal yang terjadi di tahun ini, mulai dari selesainya perjuanganku mendapatkan gelar sarjana hingga mendapatkan pekerjaan pertama. Setiap progress yang kujalani memang tak pernah mudah, rintangan selalu datang menghadang tak peduli seberat apa beban yang sudah ku pikul. Sering kali keluhan demi keluhan terucap tanpa sadar berulang setiap harinya. Mungkin tuhan sudah merasa bosan dengan semua ocehan hidupku. But yah semua terjadi begitu cepat. Tahun 2019 merupakan awal ku menetapkan apa yang sebetulnya ingin ku lakukan dalam hidup, termasuk di dalamnya adalah pekerjaan impian. Mempunyai studio kreatif lalu menuangkan seluruh ide pikiran ku. Pasca sarjana visi ku adalah membuat

Sosial Media Penuh Asumsi

Image
Pemandangan pagi dari dalam kereta (Source :  Pinterest ) Sosial media, mengapa sosial butuh sebuah media. Berawal dari kehidupan orang-orang yang kian berkembang dan maju, gaya hidup yang sibuk merupakan sebuah tuntutan. Sehingga munculnya masalah baru yaitu sulitnya berkomunikasi. Tak dipungkiri komunikasi merupakan hal penting dalam menjalani kehidupan sosial, baik terhadap keluarga, kerabat bahkan urusan asmara. Hadirnya sebuah teknologi berupa media untuk melakukan aktifitas sosial cukup membantu untuk mengatasi problematika manusia modern kini. Tak terpungkiri datangnya teknologi menciptakan dialtektika nya sendiri, mengatasi masalah modern namun menimbulkan masalah baru lainnya. Apa dengan cara kita berkomunikasi dalam bentuk virtual sudah cukup mengatasi kebutuhan kita akan sosialisasi dan komunikasi?. Ini keresahanku, dimana kini semua aktifitas dirasa harus direkam dan dibagikan kedalam sosial media. Tak bisakah hidup dengan damai tanpa harus menjadi pribadi penu

Distraction is the Answer For a Loser

Image
Pemandangan pagi dari dalam kereta (Source : Personal Footage ) Pagi itu sesak sekali, orang-orang saling bersikutan, hanya sedikit teritori untuk kaki ini berdiri dan akan bertambah riuh ketika kereta berhenti distasiun berikutnya. Hari senin selalu menjadi hari yang melelahkan bagiku tak jarang ku bangun lebih pagi dan bergegas untuk pergi mengantri tiket kereta. Pukul 4 adzan berkumandang, ya pada jam itulah ku sudah bergegas untuk memburu tiket untuk pergi sekolah. Jam 5:15 adalah jadwal keberangkatan kereta paling pagi dari rumahku menuju kota Bandung. Ku jalani kehidupan seperti ini sedari SMP namun entah mengapa kian taun penumpang semakin bertambah tanpa adanya siasat yang baik dari PT. KA Indonesia. Bila sempat ku mandi terlebih dahulu baru membeli tiket, atau sebaliknya ku pergi membeli tiket lalu bergegas pulang untuk mandi. Tak ada waktu untuk tidur kembali atau bahkan sekedar melamun di atas kasur. Perjuangan ini kulakukan sebatas untuk pergi menuntut ilmu di bang

School is Sucks (4)

Image
Sketch of Sad Rabbit (Source : Personal Footage ) Goresan yang di torehkan pada media memiliki cerita dari setiap garisnya, linier terhubung satu sama lain menciptakan bentuk yang baru. Dunia seni selalu memiliki daya tarik tersendiri bagiku walau memang kemampuan ku tak sebanding dengan karya Picasso atau se tenar lukisan Van Gogh. Seperti terapi, menggambar ku lakukan sepenuh hati tanpa ada beban. Hanya ingin selesai ketika ku ingin menyelesaikannya, hanya merasa puas tanpa perlu pendapat dari orang lain. Sempat terbayang untuk menjadi seniman sejati yang hidup dari hasil karya seni tapi “apakah seniman layak dijadikan sebuah profesi ?” ucap kedua orang tuaku. Tak ku ambil pusing, menggambar ku anggap sebagai jalur alternatif ketika patah hati. Di meja, dinding, buku pelajaran, buku tulis milik sendiri atau bahkan milik teman yang terlihat polos ku jadikan media untuk menggambar. Walau jahil pembelaan ku adalah “gapapa, soalnya nanti mah gambaran aku mahal harganya”. Sk

School is Sucks (3)

Image
Morning Vibe (Source : Personal Footage) Waktu menunjukan pukul 6 pagi, ku sudah berdiri didepan ruang kelas ku yang berada di lantai 2 tepat di samping tangga. Suasana begitu sepi hanya suara sapu yang beradu dengan lantai berasal dari penjaga sekolah bernama mang icang. Dengan gaya kuda-kuda bak pesilat, ia menghempaskan sapu penuh tenaga. Dikesendirian itu ku nikmati alunan lagu dari ipod ku dan sedikit berlatih jemari dengan memainkan tech deck miliku. Kala itu scene pop punk dan emo sedang merebak di kalangan muda mudi sebayaku. Walau penuh teriakan dan hentakan, tak membuat telinga ku bosan untuk mendengarnya. Tak lama beberapa murid mulai datang satu persatu memasuki sekolah, di kelasku ada 3 orang yang selalu datang lebih awal yaitu Puput, Husna dan tentunya aku. Percakapan pagi yang selalu di ucapkan oleh husna adalah “ ini siapa sih yang kemarin piket, kelas masih pada kotor gini”. Secara mungkin jabatan seksi kebersihan melekat pada dirinya.  Dreamland by Uus (

School is Sucks (2)

Image
The only thing about Enfagrow A+  (Source : Personal Footage ) Hari terus berlanjut seiring dengan nyawa ku yang masih utuh, bernafas dan bergerak. Seperti pelajar pada umumnya aktifitas ku disibukan dengan belajar dan belajar. Sempat ku berpikir bahwa apa yang akan berbeda bila ku tak sekolah, rasanya akan sama saja hanya perbedaan status sosial pikirku. Bukan tentang ilmu eksak diluar itu sekolah mengajarkan ku tentang bagaimana menjadi manusia yang lebih beradab,   pada dasarnya diciptakan sebagai makhluk sosial yang tak luput dari interaksi antar sesamanya. Mungkin hanya sedikit presentase mata pelajaran yang ku pahami dan dapat ku terapkan. Diluar itu hidup yang akan ku jalani bergantung dengan bagaimana cara pola pikirku. Satu bulan telah ku lewati di tingkat 2 masa sekolahku, tak butuh waktu lama bagiku untuk beradaptasi dengan teman baruku ini. Perubahan ku yang signifikan pada masa SMA ini adalah tak lagi membolos. Rasa bosanku saat belajar sekarang teralihkan den

Popular posts from this blog

Amarah, Senyum, dan AIR MATA (4)

Last Tears From 2019.

Self Cure (2)