School is Sucks (3)
Morning Vibe (Source : Personal Footage)
Waktu menunjukan pukul 6 pagi,
ku sudah berdiri didepan ruang kelas ku yang berada di lantai 2 tepat di
samping tangga. Suasana begitu sepi hanya suara sapu yang beradu dengan lantai
berasal dari penjaga sekolah bernama mang icang. Dengan gaya kuda-kuda bak
pesilat, ia menghempaskan sapu penuh tenaga. Dikesendirian itu ku nikmati
alunan lagu dari ipod ku dan sedikit berlatih jemari dengan memainkan tech deck
miliku. Kala itu scene pop punk dan emo sedang merebak di kalangan muda mudi
sebayaku. Walau penuh teriakan dan hentakan, tak membuat telinga ku bosan untuk
mendengarnya. Tak lama beberapa murid mulai datang satu persatu memasuki
sekolah, di kelasku ada 3 orang yang selalu datang lebih awal yaitu Puput, Husna
dan tentunya aku. Percakapan pagi yang selalu di ucapkan oleh husna adalah “
ini siapa sih yang kemarin piket, kelas masih pada kotor gini”. Secara mungkin
jabatan seksi kebersihan melekat pada dirinya.
Dreamland by Uus (Source : Personal Footage)
Bel berbunyi tepat pada pukul
06:30 karena bukan hari senin aktifitas pertama yang di terapkan oleh sekolah
kami adalah melakukan tadarus ayat-ayat suci Al-Qur’an yang biasanya dipimpin
oleh seksi rohani kelas masing-masing. Dalam kelasku terdapat 3 orang seksi
rohani selain ku yaitu Hilmen dan Nicole. Tapi entah mengapa tak ada rotasi
yang jelas diantara kami karena aturan yang dipakai adalah sebutkan nama dengan
random maka ia yang akan memimpin tadarus pada hari itu. Karena cukup
membingungkan kami sering kali tak melakukan tadarus secara kontinyu. Kemarin
surat Al-Humazah mungkin hari ini bisa surat At-Tin, caraku adalah halaman mana
yang pertama ku buka itu lah yang akan kami baca. Nyeleneh memang, tapi itulah
sedikit hal yang membuat kelasku menarik. Mulai dari candaan, saling mengejek,
dan tak jarang kawan satu meja ku membuat Tiara menangis saat bel baru saja
berbunyi. “Seperti kita tahu” mungkin hanya sebuah kalimat ungkapan dari
seorang guru yang mengajar Biologi. Namun menjadi hal lucu ketika ulah teman
kelasku mulai menghitung jumlah ‘Berapa kali si Ibu bilang “Seperti kita tahu”
hari ini’ karena memang kalimat tersebut merupakan jargon andalan guruku disaat
mengajar di kelas.
Berbincang kehidupan semasa
sekolah tak lengkap bila tanpa cerita cinta, hal tersebut kerap terjadi. Cinlok
merupakan fenomena yang sangat umum terjadi, tak terkecuali di kelasku. Ada
yang memang terjadi karena kedua belah pihak menghendaki atau bahkan terjadi
karena sebagai bahan candaan. “People fell in love in a mysterious way” they
said, cerita dimulai ketika pertemuan biasa yang akan berubah disaat intensitas
pertemuan semakin kerap terjadi. Karena menurutku tak ada satu manusia mana pun
yang hanya menyimpan rasa biasa saja terhadap seseorang. Semua akan menyimpan
setidaknya satu hal menarik terhadap seseorang yang ia temui dalam hidupnya,
hanya menunggu keinginan untuk mau atau tidaknya kita membukakan pintu hati
terhadap seseorang tersebut. For a fighter like me loving never been so easy,
dari mulai menyukai seorang gadis yang jelas diri ini bukan lelaki yang
disukainya atau hanya sempat menikmati damainya hati ketika masa PDKT namun
pada akhir cerita kami tak saling bersama. Teruntuk para fighter seperti ku,
kalian tak sendiri di muka bumi ini. Kuatkan diri kalian karena
sekeras-kerasnya sebuah batu, akan terkikis oleh air yang menetes berulang kali
pada permukaanya.
Comments
Post a Comment