Pensil dan Kertas
Kabut menyelimuti, matahari belum menampakan jati
dirinya. Didukung dengan udara dingin yang menembus jaket tebal ini. Kulirik
sesaat jam pada pergelangan tangan, waktu menunjukan pukul 5 pagi. Ya, ku
terbiasa berangkat menuju sekolah sepagi itu. Bukan karena rajin atau terlalu
disiplin. Jarak antara rumah dan sekolahlah yang membuatku seperti itu. Berseragam
putih biru dipadukan jaket berwarna hitam, ku menjajakan kaki distasiun kereta.
Bertemu beberapa teman yang kukenal sejak pertama kumulai bersekolah. Canda
gurau dengan sedikit kantuk selalu hadir disetiap pagiku. Sesaat keretaku
datang, ku pergi meninggalkan sejenak kampung halaman lalu berangkat ke kota
untuk mengenyam pendidikan. Cukup sering ku tertidur kembali dalam perjalanan
menuju sekolah, lalu terbangun seketika saat para penumpang lain mulai beradu
kaki distasiun tujuan. Selepas itu ku mulai berganti moda transportasi untuk
mengantarku ke sekolah. Dan seperti biasa aku selalu menjadi siswa pertama yang
datang. Tak jarang ku menunggu di depan, hingga gerbang sekolah mulai dibuka
oleh penjaga.
Tahun pertamaku kuhabiskan untuk bertransisi dari
bocah kecil menjadi seorang remaja. Sedikit hal yang kulakukan pada waktu itu,
hanya mengikuti beberapa kegiatan kecil yang diadakan oleh sekolah. Tak banyak
pula orang baru yang kukenal, karena hanya ku seorang diri disekolah ini yang
berasal dari daerah rumah yang sama. Tibalah waktunya untuk kegiatan School
trip dari sekolah yang mengharuskan kita untuk berkemah. School trip terdengar
membosankan memang, yah memang membosankan. Hanya berkemah, games, olahraga
begitu saja hingga ku kembali lagi kerumah. Namun ada yang berbeda kala itu,
karena niatku ingin mengembangkan relasi pertemanan. Menambah lingkungan
menjadi lebih besar, tidak berputar ditempat yang sama dalam waktu yang lama.
Dengan cara klasik ku berbaur dengan sebuah lawakan kecil khas diriku. Tak
pernah disangka dapat dengan mudah diterima oleh orang lain sehingga menjadikan
diri ini seseorang yang supel.
Seperti tak terasa sudah satu tahun berlalu, selesai sudah tahun pertamaku disekolah. Kini adalah tahun kedua, tahun dimana diri ini mulai timbul rasa keingin tahuan yang besar. Terlebih bertanya-tanya tentang apa korelasi hidup dengan cinta. Apa iyah hidup ini harus dibarengi dengan sebuah kisah cinta. Seiring dengan perjalananku ditahun kedua, timbul beberapa rasa baru. Yap, kumulai merasakan desakan untuk memiliki tambatan hati. Tapi sisi lain diriku berkata itu terlalu dini untuk dirasakan. Dengan tegas diri ini menata diri untuk tidak terlalu mengikuti apa kata hati. Ku lebih memilih untuk melakukan hal lain disamping itu. Ketika suasana dikelas mulai terasa bosan, seringkali ku pergi ke kantin sekolah pada saat jam pelajaran hanya untuk bersantay ditemani beberapa cemilan. Walau terkadang sering kucing-kucingan dengan guru yang sedang berkeliling untuk melakukan inspeksi. Hal itu memang membuat jantung berpacu lebih cepat dari biasanya. Menegangkan memang, begitulah salah satu caraku untuk mencari kesenangan dikala bosan melanda. Beberapa kali bahkan ku pernah melakukan skip sekolah hanya untuk pergi bermain game online ke warung internet. Bukan karena ku benci sekolah, tapi memang terkadang mood bosan membuatku untuk mengambil keputusan itu. Cukup bengal memang tapi tak begitu berpengaruh terhadap hasil akademis ku, sejauh ini ku selalu menempati 10 besar ranking dikelas. Bosan.. karena kegiatan bersekolah ku bergerak digaris linier, tak ada gelombang, hanya linier. Hingga disuatu saat, ku terdiam dan berdialog dengan dunia otakku sendiri. Melamunkan hal yang belum pernah kulakukan sejauh ini, yap berpacaran. Sejauh ini memiliki tambatan hati memang hanya sebuah fantasi semata bagi diriku. Hanya bisa dirasakan ketika dalam dunia khayal bukan dari dunia nyata.
Seperti tak terasa sudah satu tahun berlalu, selesai sudah tahun pertamaku disekolah. Kini adalah tahun kedua, tahun dimana diri ini mulai timbul rasa keingin tahuan yang besar. Terlebih bertanya-tanya tentang apa korelasi hidup dengan cinta. Apa iyah hidup ini harus dibarengi dengan sebuah kisah cinta. Seiring dengan perjalananku ditahun kedua, timbul beberapa rasa baru. Yap, kumulai merasakan desakan untuk memiliki tambatan hati. Tapi sisi lain diriku berkata itu terlalu dini untuk dirasakan. Dengan tegas diri ini menata diri untuk tidak terlalu mengikuti apa kata hati. Ku lebih memilih untuk melakukan hal lain disamping itu. Ketika suasana dikelas mulai terasa bosan, seringkali ku pergi ke kantin sekolah pada saat jam pelajaran hanya untuk bersantay ditemani beberapa cemilan. Walau terkadang sering kucing-kucingan dengan guru yang sedang berkeliling untuk melakukan inspeksi. Hal itu memang membuat jantung berpacu lebih cepat dari biasanya. Menegangkan memang, begitulah salah satu caraku untuk mencari kesenangan dikala bosan melanda. Beberapa kali bahkan ku pernah melakukan skip sekolah hanya untuk pergi bermain game online ke warung internet. Bukan karena ku benci sekolah, tapi memang terkadang mood bosan membuatku untuk mengambil keputusan itu. Cukup bengal memang tapi tak begitu berpengaruh terhadap hasil akademis ku, sejauh ini ku selalu menempati 10 besar ranking dikelas. Bosan.. karena kegiatan bersekolah ku bergerak digaris linier, tak ada gelombang, hanya linier. Hingga disuatu saat, ku terdiam dan berdialog dengan dunia otakku sendiri. Melamunkan hal yang belum pernah kulakukan sejauh ini, yap berpacaran. Sejauh ini memiliki tambatan hati memang hanya sebuah fantasi semata bagi diriku. Hanya bisa dirasakan ketika dalam dunia khayal bukan dari dunia nyata.
Comments
Post a Comment