[Another Life Chapter] Pesan Bahagia

Sunset never been like this before (Source : Pinterest)

Entah apa yang sedang ku resahkan umur yang semakin bertambah, linier dengan tanggung jawab yang kian membesar. Sejak kepergian bapak semakin sering ku terdiam dalam lamunan memikirkan banyak hal. Mulai dari hal realistis hingga hal yang entah akan terjadi atau tidak. Walau memang tak kuhendaki, kala malam tiba pikiran tersebut selalu datang menghantui. Sendiriku disudut kamar ditemani segelas teh manis hangat. Terpikir akan kehidupan yang akan ku jalani kelak, orang lain berkata mulai esok kehidupanmu akan berubah. Resmi menyandang gelar sarjana teknik hingga menghadiri prosesi wisuda.

Sedari kecil tak banyak prestasi kubuat yang mampu membuatmu bangga, hanya kenakalan demi kenalakan yang dapat kulakukan. Kala kakak pertamaku sangat cemerlang oleh bakatnya yang seringkali memboyong piala dan piagam dalam bersastra dan kakak keduaku yang begitu cerdas dalam akademiknya selalu menempati peringkat 3 besar dalam masa sekolahnya. Ambisiku selalu menyala walau memang tak menghasilkan apa-apa. Kehidupanku berjalan biasa saja tanpa ada secuil prestasi yang berhaga.

My 4th birthday cake (Source : Personal Footage)

Lilin kecil berbentuk angka empat menghiasi kue ulang tahun adalah pesta perayaan ulang tahun yang ku ingat. Bertaburkan ucapan dan pelukan dari sanak saudara dan teman. Berpakaian ABRI ku berdiri bangga memakainya. Sesekali ku tiup peluit yang tersambat dibahu kananku. Semangat ku membuka bingkisan kado yang dibawa setiap orang. Tak ada hal lain yang kupikirkan kala itu hanya mampu mengingatnya sebagai perayaan ulang tahun terakhir dalam hidupku. Retorika anak bungsu yang selalu dimanja kiniku hanya diam tak berkata apa-apa kala ada keinginan. Sejak tahun pertama ku dibangku SMA hingga detik ini ku tak pernah lagi meminta dibelikan hadiah atau barang yang ku inginkan. Tak pernah mengeluh ketika uang jajanku tak sama dengan lainnya, tak pernah mengeluh ketika temanku memiliki komputer canggih untuk bermain game.

Sempat berpikir apakah kedua orang tuaku bangga atas lahirnya anak lelaki satu-satunya dalam keluarga. Mencoba lepas dari lamunan tersebut. Kujalani hidup dengan kemampuan terbaikku. 2016 adalah tahun pertama ku dapat penghasilan setelah satu periode mengabdi sebagai asisten laboratorium di kampus. Ku berikan setengah dari penghasilanku kepada mamah, tak banyak memang namun setidaknya cukup membuatku puas dan merasa bangga akan diri ini. Hingga tiba di tahun 2017 dimana ku tak pernah tahu bahwa nasihat “de semangat kuliahna geura bereskeun, bapak teu nyungkeun dede kudu jadi jelema kumaha, teu kudu jadi jelema beunghar nu penting mah cukup keur keperluan keluarga, teu poho kakolot jeung ka lanceuk-lanceuk dede” adalah nasihat terakhir untuk selamanya yang diucapkan bapak padaku. Ku tak tahu bagaimana mengungkapkan rasa dalam diri ini ketika salah satu tujuan hidupku telah tiada. Seperti semesta tak senang ketika ku berbahagia, seperti matahari tak lagi menyinari setiap langkahku.

Holy Qur'an (Source : Pinterest)

2019 momen indah yang takan pernah kulupakan, walau tanpa foto keluarga, walau tak didampingi kedua orang tua. Hanya mamahku seorang diri yang datang menghadiri prosesi penyematan gelar sarjanaku. Ketika momen penuh bangga dapat kuberikan, tapi waktu berkata lain. Walau ku tak pernah tahu apa yang ada dalam pikirannya tapi diri ini berusaha untuk membuatnya bangga atasku. Walau sosoknya sudah tak lagi ada disampingku, namun ajaran yang ia berikan selalu hidup dalam diri ini. Sampai bertemu dalam do’a pak, dede pamit melanjutkan hidup, melanjutkan mimpi yang belum sampai.   

     

Comments

Popular posts from this blog

Amarah, Senyum, dan AIR MATA (4)

Last Tears From 2019.

Self Cure (2)