Langkah
Air
mengalir dari hulu ke hilir, mengikuti arus beriringan sesuai irama. Sifatnya
yang menenangkan membuat sebuah zona nyaman. Begitu dewasa, menyegarkan dan
membingungkan. Tak kala lajunya terhambat akibat perbuatan manusia, kadang air
memberontak. Lintasan sungai yang tak lagi sama, air meluapkan isinya keseluruh
isi pemukiman buatan manusia. Mebuat para manusia murka, hingga terucap kata
kehancuran. Namun air tetaplah air, tenang dan tidak pernah marah. Hanya
menjadi cerminan atas apa yang diperbuat padanya.
Hanyut
ku dalam tawa dan canda, tak sadar bahwa diriku sedang dalam pelarian. Ya, lari
dari masa-masa berat dalam hidupku. Ada nina dan larissa di masa lalu ku, kini ku berjalan
seperti diikuti warna gelap. Entahlah ku merasa seperti hal yang kulakukan adalah
salah. Lalu hari-hari berikutnya seperti tidak ada apa-apa.
Kala
itu hari rabu, guru-guru sedang mengadakan rapat. Jam pelajaranpun selesai
lebih cepat dari biasanya. Karena sudah lama ku tak bermain game online, kala
itu pukul 10 pagi kuputuskan untuk pergi ke warung internet. Namun kala itu nandi dan ferdi mengajak ku
untuk duduk berdialog di kantin sekolah. Sesampainya dikantin, kami duduk dan
memesan mie ayam. Percakapan regular terjadi, “cuy ikut study tour gakk??” ku
tanyakan pada nandi dan ferdi. Memang kala itu agenda sekolah untuk study tour
akan dilaksanakan. “kalo maraneh ikut, urang ikut dong” jawab nanda. “urang
ikut da, uangnya udh dikasih juga” lanjut ferdi menjawab. “oh okelah mantap
urang juga jadi ikut kalo gitu” ujar ku. Disekolahku study tour diadakan tiap
tahun di penghujung semester ganjil. Dan tujuan kali ini adalah Yogyakarta.
Di
sela perbincangan kami, “eh bro tau ga, si i gede kayanya suka deh sama winny”
ucap nandi. “oh iyah? Kan si gede udah punya pacar bukan” jawabku. “iyah sih,
tapi si gede bilang gitu kemarin sama urang’ jawab nandi kembali. Setelah mie
ayam kami habiskan, kami memutuskan untuk membubarkan diri. Kuputuskan untuk
pulang, tak jadi mengunjungi warung internet. Karena terburu-buru, hari itu
ipod ku tertinggal dimeja belajarku. Kuhabiskan hari itu tanpa ada playlist
yang terputar pada telingaku. Didalam menuju pulang, hanya terdengar suara
angin dan suara gesekan rel dengan roda kereta.
Sesampainya
dirumah, ku jatuhkan badan ini ke atas tempat tidur dikamar. Ku ambil ipodku
dan kumasuki dunia playlist. Kuterbangun dari tidurku, melihat matahari sudah
berubah warna. Sejak ku mulai bersekolah memang jarang kubisa tidur siang
seperti itu, selain jarak dari sekolah dan rumahku yang cukup jauh, kadang kuhabiskan
untuk bermain game. Beranjak dari tempat tidur, ku mulai merapihkan isi tas
sekolahku dan mulai mengerjakan tugas yang diberikan tadi. Tapi sebelumnya ku
ingin membuka komputer hanya sekedar melakukan cek pada halaman sosial media.
Ada beberapa notification muncul pada chat facebook ku, lalu
kumulai membalas satu persatu pesan yang ku dapat . “G, lagi dimana nih. Boleh
telpon ga?” sebuah pesan yang kudapat dari winny. “Dirumah, kenapa? Boleh
telpon aja’, jawabku. Setelah kuhabiskan sekitar 30 menit untuk membuka sosial
media dan winny tak hendak menjawab, ku mulai mengerjakan tugas-tugasku.
Masa
lalu takan pernah hilang pikirku, takan pernah bisa kita hapus satu persatu. Kondisi
saat ini ku jalani layaknya air, mengalir mengikuti arus. Tak kala ada batu
yang menghalangi, air hanya perlu mencari sisi dan celah lain untuk melaju.
Menyesuaikan ukuran celah dengan ukuran yang dipunya hingga dapat menembusnya. Tak
kenal ego, air akan terus melaju menuju titik akhir yang dituju.
Comments
Post a Comment