Langkah

 
Beach not for lonely loser boy (Source : Pinterest)

Air mengalir dari hulu ke hilir, mengikuti arus beriringan sesuai irama. Sifatnya yang menenangkan membuat sebuah zona nyaman. Begitu dewasa, menyegarkan dan membingungkan. Tak kala lajunya terhambat akibat perbuatan manusia, kadang air memberontak. Lintasan sungai yang tak lagi sama, air meluapkan isinya keseluruh isi pemukiman buatan manusia. Mebuat para manusia murka, hingga terucap kata kehancuran. Namun air tetaplah air, tenang dan tidak pernah marah. Hanya menjadi cerminan atas apa yang diperbuat padanya.

Hanyut ku dalam tawa dan canda, tak sadar bahwa diriku sedang dalam pelarian. Ya, lari dari masa-masa berat dalam hidupku. Ada nina dan larissa di masa lalu ku, kini ku berjalan seperti diikuti warna gelap. Entahlah ku merasa seperti hal yang kulakukan adalah salah. Lalu hari-hari berikutnya seperti tidak ada apa-apa.

Railway (Source : Pinterest)

Kala itu hari rabu, guru-guru sedang mengadakan rapat. Jam pelajaranpun selesai lebih cepat dari biasanya. Karena sudah lama ku tak bermain game online, kala itu pukul 10 pagi kuputuskan untuk pergi ke warung internet.  Namun kala itu nandi dan ferdi mengajak ku untuk duduk berdialog di kantin sekolah. Sesampainya dikantin, kami duduk dan memesan mie ayam. Percakapan regular terjadi, “cuy ikut study tour gakk??” ku tanyakan pada nandi dan ferdi. Memang kala itu agenda sekolah untuk study tour akan dilaksanakan. “kalo maraneh ikut, urang ikut dong” jawab nanda. “urang ikut da, uangnya udh dikasih juga” lanjut ferdi menjawab. “oh okelah mantap urang juga jadi ikut kalo gitu” ujar ku. Disekolahku study tour diadakan tiap tahun di penghujung semester ganjil. Dan tujuan kali ini adalah Yogyakarta.

Di sela perbincangan kami, “eh bro tau ga, si i gede kayanya suka deh sama winny” ucap nandi. “oh iyah? Kan si gede udah punya pacar bukan” jawabku. “iyah sih, tapi si gede bilang gitu kemarin sama urang’ jawab nandi kembali. Setelah mie ayam kami habiskan, kami memutuskan untuk membubarkan diri. Kuputuskan untuk pulang, tak jadi mengunjungi warung internet. Karena terburu-buru, hari itu ipod ku tertinggal dimeja belajarku. Kuhabiskan hari itu tanpa ada playlist yang terputar pada telingaku. Didalam menuju pulang, hanya terdengar suara angin dan suara gesekan rel dengan roda kereta.

Railway (Source : Pinterest)

Sesampainya dirumah, ku jatuhkan badan ini ke atas tempat tidur dikamar. Ku ambil ipodku dan kumasuki dunia playlist. Kuterbangun dari tidurku, melihat matahari sudah berubah warna. Sejak ku mulai bersekolah memang jarang kubisa tidur siang seperti itu, selain jarak dari sekolah dan rumahku yang cukup jauh, kadang kuhabiskan untuk bermain game. Beranjak dari tempat tidur, ku mulai merapihkan isi tas sekolahku dan mulai mengerjakan tugas yang diberikan tadi. Tapi sebelumnya ku ingin membuka komputer hanya sekedar melakukan cek pada halaman sosial media.

Ada beberapa notification muncul pada chat facebook ku, lalu kumulai membalas satu persatu pesan yang ku dapat . “G, lagi dimana nih. Boleh telpon ga?” sebuah pesan yang kudapat dari winny. “Dirumah, kenapa? Boleh telpon aja’, jawabku. Setelah kuhabiskan sekitar 30 menit untuk membuka sosial media dan winny tak hendak menjawab, ku mulai mengerjakan tugas-tugasku.

Masa lalu takan pernah hilang pikirku, takan pernah bisa kita hapus satu persatu. Kondisi saat ini ku jalani layaknya air, mengalir mengikuti arus. Tak kala ada batu yang menghalangi, air hanya perlu mencari sisi dan celah lain untuk melaju. Menyesuaikan ukuran celah dengan ukuran yang dipunya hingga dapat menembusnya. Tak kenal ego, air akan terus melaju menuju titik akhir yang dituju.  
                                                                                                                                                     

Comments

Popular posts from this blog

Amarah, Senyum, dan AIR MATA (4)

Last Tears From 2019.

Self Cure (2)